Mujas in action

Mujas in action
Jepara Beach

Cerpen Senja ke-tujuh itu adalah Aku


Senja ke-tujuh itu adalah Aku

           Senin,14 Mei 2012 merupakan dateline waktu pengumpulan tugas dari Pak Robin, dosen sastra Indonesia gue. Semuanya bermula pada 8 hari yang lalu waktu gue tiba-tiba di panggil di ruang dosen beliau. Sesuatu yang menakutkan, karena mahasiswa yang masuk ke ruangan dosen killer tersebut kebanyakan adalah mahasiswa bermasalah dan keluar dengan berbagai tugas hukuman “gak masuk akal” darinya. Yups, ternyata dugaan gue benar, baru saja duduk 2 menit Pak Kumis, sebutan dosen itu, langsung ceramah tanpa perlu di komando.
            “Kamu tahu kenapa saya panggil disini?”
            “Emm, apa ya pak?? Sepertinya saya mahasiswa yang baik deh pak.” celotehku asal.
            “Kamu pikir saya tidak tahu kalau selama 3 kali kamu absen dari kelas saya? Kamu pikir saya juga tidak tahu kalau absennya kamu titipkan ke Rini sahabatmu??” Pak Kumis mulai naik darah.
            “Duh bapak, saya tidak berpikir seperti itu, itu mah pikiran bapak sendiri. Saya tidak masuk juga ada alasannya pak. Pertama, sopir saya lagi sakit pak, jadi ga ada yang nganterin kuliah. Terus kedua, kelinci kesayangan saya lagi sakit pak, saya ga tega ninggalin sendiri. Dan yang ketiga…..”
           “Sudah jangan banyak alasan… Kamu itu memang mahasiswi paling bandel dalam kelas Sastra saya. Sekarang silahkan carikan saya 7 kisah menarik ketika senja. Saya beri waktu 7hari di mulai dari besok. Tanggal 14 Mei, saya tunggu di ruangan ini untuk mendengarkan 7 kisah saat senja itu.” ucap dosen itu memotong penjelasanku.
        “Yaaah, Pak Kumis… eh Pak Robin maksudnya.Diganti deh pak hukumannya.Please…”rayuan maut keluar.
         “Jangan banyak membantah. Silahkan keluar dan kerjakan tugas itu jika kamu masih mau kuliah di sini.”
            Huhft,,, memang menjengkelkan berurusan dengan Pak Kumis pada saat itu.  Tapi beruntunglah, gue punya sahabat yang kebetulan suka sama senja. Dia seneng banget ketika 7 hari gue ajak mondar-mandir ngerjain tugas hukuman dan akhirnya selesai juga tugas gue. Sekarang gue siap menuju ruangan dosen killer itu.
            Gue mulai mengetuk pintu, kali ini gue ga sendiri ke ruangan “horror” itu, tapi gue ajak Rini sekalian buat jadi saksi perjuangan hidup, eh perjuangan bikin tugas gue.
            “Silahkan masuk..”jawab Pak Kumis.
            “Permisi pak, saya mau mengumpulkan tugas yang bapak berikan seminggu lalu.”
            “Ya, bagus… ternyata kamu masih ingin kuliah. Sekarang tanpa basa-basi, lansung saja bacakan 7hal menarik yang kamu dapati ketika senja itu kepadaku”perintah Pak Robin.
            “Siap Pak Boss…. Cerita ini saya beri judul “7 Kisah Senja”.Pak Robin dan rini sahabat gue, selamat mendengarkan ya..” gue menghela nafas sejenak sebelum memulai membacakan cerita gue.
            “Kisah pertama aku mulai dari seorang nenek yang saya temui di ujung komplek perumahan. Namanya Nenek Aminah, beliau bercerita dikala senja tiba ia sering minum teh  di teras rumahnya.Melihat senja yag begitu indah di ufuk barat seorang diri , menanti kedatangan anak semata wayangnya pulang dari bekerja. Ya, hanya senjalah yang setia menemani minum the setiap senja. Berikutnya kisah kedua, ketika melihat pameran lukisan di sebuah pusat perbelanjaan. Aku melihat seorang gadis  yang terus melihat lukisan senja yang terpasang di pojok ruangan, karena begitu lama dia memandangi lukisan itu, akupun penasaran. Aku hampiri dia dan kutanya ada apa dengan lukisan itu.Angel, nama gadis cantik itu, bercerita bahwa lukisan itu dilukis oleh bundanya.
“Bunda sangat senang melukis senja. Bunda terkenal berkat lukisannya yang bagus-bagus, sering keluar kota bahkan keluar negeri untuk memamerkan lukisan-lukisannya. Tapi Angel ga suka, bunda jadi lupa sama Angel, di rumah Angel cuma sama mbok Inah. Angel kangen sama bunda…” .
Seketika itu aku langsung minta nomor handphone bunda Angel dari panitia pameran dan segera menghubunginya untuk segera pulang. Angel juga sempat bicara dengan bundaya, hinggga akhirnya bunda mau mengerti keadaan Angel.
Selanjutnya kisah ketiga , sewaktu di salon kebetulan ada pegawai salon yang memakai name tag “Senja”.Ketika aku tanya, ternyata namanya memang “Senja”. Dia kemudian bercerita bahwa orang tuanya menamai “Senja” karena mereka bertemu pertama kali dikala senja di pinggir Pantai Anyer, sejak itulah mereka menjalin hubungan hingga akhirnya menikah dan melahirkannya.  Kata Senja sampai sekarang dia dan keluarganya sering ke Pantai Anyer ketika senja tiba karena kebetulan rumahnya tidak begitu jauh dari pantai. Ketika senja itulah rasa kekeluargaan semakin terjalin.
Kisah senja yang ke empat juga tidak kalah menarik. Aku bertemu dengan seorang kakek yang sudah sangat terlihat tua, wajahnya penuh keriput di makan usia  sedang duduk termenung di belakang sebuah gedung tua yang ada di pinggir jalan menuju rumahku. Ketika aku menghampirinya, Kakek Abdul itu bercerita bahwa dahulu sewaktu masih kecil, gedung itu adalah sebuah bukit yang sangat indah dan rumahnya ada di dekat bukit. Setiap senja kakek dan teman-temannya sering main kejar-kejaran, terkadang kakek dan orang tuanya duduk-duduk menikamti suasana senja. Tapi bukit itu kini telah berubah menjadi sebuah gedung tua. Beliau masih teringat dengan proyek gedung itu, bukit diratakan dan rumah-rumah sekitarnya di gusur . Anak-anak tidak lagi mempunyai tempat bermain, senja tidak bisa lagi memamerkan keindahannya. Sebelum aku pulang, kakek itu berpesan “Kamu sebagai generasi muda , jagalah alam ini. Boleh Negara kita  memajukan perindustriannya, tapi kita juga harus memerhatikan alam supaya anak cucu kelak bisa menikmati senja seperti yang pernah kakek rasakan dulu”. Yah, lewat senja ternyata mampu memberikan pesan alam untuk manusia.
Berikut kisah ke lima, lagi-lagi kisah ini dari seorang gadis kecil bernama Ayu. Aku menemui Ayu  di kawasan pemulung setelah pulang kuliah di sore hari. Di sebuah rumah kecil yang terlihat kurang pantas di sebut rumah. Setiap senja tiba Ayu sering duduk di depan pintu menunggu ibunya menjenguknya. Ibunya bekerja sebagai pembantu di salah satu rumah orang kaya di pinggiran kota dekat rumahnya. Majikannya hanya memberikan waktu 2 jam dikala senja untuk menjenguk Ayu. Sedangkan Ayu di rumah hanya dengan neneknya, itulah sebabnya bagi Ayu senja merupakan waktu yang di nanti-nantinya setiap hari.
Kisah ke enam aku temui lagi di daerah pantai Anyer ketika aku, Rini dan Senja, pegawai salon yang aku temui beberapa hari lalu, jalan-jalan sore di Pantai. Seorang nelayan tua yang ketika aku sapa dan mulai bertanya mengapa beliau hanya berdiri memandangi senja , beliau hanya terdiam dan memandangiku begitu dalam. Nelayan tua itu menitikkan air mata , mengajakku,Rini dan Senja duduk di sebuah gubuk pinggir pantai yang letaknya tidak jauh dari tempatku berdiri.  Beliau mulai bercerita, lima tahun lalu anak perempuan dan suaminya pergi berlayar di senja hari dan berjanji akan pulang di senja hari esoknya. Namun hingga kini, lima tahun telah berlalu , putri semata wayangnya tak kunjung pulang. Tidak ada kabar yang di berikan, walau kemungkinan buruk mungkin telah terjadi, tapi sosok nelayan tangguh sekaligus ayah yang penuh kasih sayang itu tetap meyakini bahwa putrinya baik-baik saja dan kelak akan pulang di senja hari. Untuk itulah, beliau tak pernah lelah menanti putrinya pulang di senja hari. Usai bercerita, beliau berdiri dan mulai melangkah perlahan menuju tempat berdirinya semula , meninggalkan kami yang masih duduk tercengang dengan kisah nelayan tua itu.
Dan kisah terakhir , merupakan kisah yang hampir sama dengan kisah ke enam, sama-sama di tinggalkan orang yang di sayang ketika senja. Kisah ini datang dari seorang gadis remaja yang bundanya meninggal di suatu senja sepuluh tahun lalu. Berawal dari sebuah keluarga yang pergi berlibur di puncak Bandung. Keluarga itu terdiri dari gadis dan orangtuanya, mereka berencana menghabiskan waktu liburan sekolah bersama di villa pribadi. Ketika senja , keluarga ini sedang asyik bercengkerama di balkon villa sebelum tragedy perampokan terjadi. Ya, senja yang seharusnya dilewati bersama dengan keluarga  berujung tragis. Kawanan perampok berhasil masuk kedalam villa , menyandera semua orang yang ada di villa. Bunda dan ayah yang tidak tega melihat anaknya ikut di sandera, membuat mereka berusaha melepaskan diri. Namun sayangnya, perampok itu terus melawan dan memukuli orang tuanya. Ayahnya berhasil melepaskan diri dan  menghubungi polisi. Polisi segera datang dan menyelamatkan ayah dan bundanya yang luka parah akibat dipukuli. Namun ketika perjalanan menuju rumah sakit, bunda meninggal. Sejak kejadian tersebut gadis itu benci dengan senja, karena baginya senja hanya mengingatkan duka akan kematian bundanya. Dia yang semula anak pintar yang baik, kini tumbuh menjadi remaja yang bandel. Tapi berjalannya waktu, dia mulai bisa menerima kejadian yang terjadi sepuluh tahun lalu. Sahabat-sahabat dan ayahnya selalu memberikan semangat kepadanya. Kini diapun mulai belajar menyukai senja dari orang-orang yang juga mempunyai kisah dengan senja.
Dari ketujuh senja itu , aku bisa menyimpulkan ternyata senja mampu memberikan banyak cerita. Dari mulai kesetiaan, kasih sayang, pengorbanan, hingga membawa pesan alam untuk manusia. Namun ada juga kisah pilu, seperti ditinggalkan orang yang di sayang sampai kisah anak yang dilupakan bundanya karena sibuk. Selesai”
            “ Pekerjaanmu sungguh bagus Eka. Terlihat sekali kamu serius mengerjakannya. “ ucap Pak Kumis memuji tugasku.
            “Terima kasih pak .. ini juga di bantu sahabatku yang penyuka senja pak” kataku melirik ke arah Rini yang dari tadi serius mendengarkan ceritaku.
            “Bagus, bersahabat harus saling bantu-membantu. Berbicara tentang senja, saya juga sangat menyukainya. Saya sering bersantai menikmati secangkir teh hangat di taman rumah di waktu senja. Sekarang saya ingin tahu, kisah ke berapa yang kamu suka?”
            “Emm, saya suka kisah yang ke tujuh pak. Oya pak, saya permisi kembali ke kampus , setelah ini ada jam sejarah  Bu Ratih .” ucapku asal karena takut di tanyai lebih lanjut.
Gue dan Rini akhirnya bisa keluar dari ruang horror itu dan yang paling terpenting gue selesai ngerjain tugas berat dari Pak Kumis.
            “Eh ka,loe kok sama kayak gue sih.. Gue juga suka kisah yang ke tujuh lho, menyentuh banget. Pilu banget dengar cerita gadis itu. Eh bukannya dari kisah pertama sampai ke enam loe minta bantuan gue terus  , secara loe ga suka sama senja. Tapi kok gue ga tahu ya waktu loe ketemu gadis itu, gue pengin banget tuh ketemu sama dia.” celoteh Rini sewaktu perjalanan menuju kampus Sastra gue.
            “Aduh, loe tu cerewet banget deh rin. Jawabannya cuma simple, kalau loe pengin ketemu gadis itu, ga usah jauh-jauh, gadis itu udah ada di depan loe.”jawabku singkat dan langsung berjalan lagi meninggalkan Rini yang masih terbengong.
            “Hah, jadi selama ini Eka ga suka senja karena itu alasannya dan senja ke tujuh itu adalah Eka?? huuufftt, baru tahu gue..” gumam Rini.

            Rini si penyuka senja itu kemudian mengejar sahabatnya Eka si pembenci senja yang kini mulai suka senja, yang sudah jauh berjalan di depannya.

Subscribe to receive free email updates: