Mujas in action

Mujas in action
Jepara Beach

Cerpen ; Dua Anak Sastra

Dua Anak Sastra

            Sudah kesekian kalinya alarm ponsel Danu bergetar. Namun tidak juga dihiraukannya. Sepuluh menit kemudian, alarmnya kembali bergetar. Kali  ini tangannya  perlahan meraba-raba mencari asal getaran tersebut bermuara. Kedua matanya lantas  melotot keluar saat melihat jam hpnya sudah menunjukkan pukul 10 tepat. Itu artinya kelas sastra sebentar lagi dimulai.                        >_<
            Suasanya nampak ceria terlihat di tempat Les Piano Shiba. Jaraknya hanya sekitar 200 m dari kampus Danu berada.
            ‘’Les hari ini sampai disini dulu, kalian boleh pulang kecuali Yoga,kamu tunggu disini sebentar.’’ujar Shiba, pelatih sekaligus pemilik dari Les Piano Shiba.
            Keduanya lantas menuju ke lantai dua. Tepatnya ke ruangan paling ujung yang gelap gulita. Sebuah jendela berteralis besi dan berhiaskan sarang laba-laba menandakan bahwa ruangan ini telah lama kosong. Hanya ada sebuah sofa panjang dengan debu yang lumayan tebal.                                                              >_<
            Danu segera menggeber motor bebeknya hingga hampir menerobos lampu merah. Membuat jantungnya bergetar hebat melihat sebuah truk gandeng berlalu didepannya.
            ‘’Huuuuhh,,untung saja masih bisa direm,,kalau enggak jadi apa aku tadi,,!!’’ucap Danu sambil mengelus-elus dadanya dan melirik kearah truk gandeng. Namun pandangannya terhalang oleh seorang anak laki-laki yang menyebrang didepannya dengan wajah lebam dan setitik air mata yang mengalir dipipinya. Entah mengapa pemandangan tersebut tidak lekas hilang dari pikiran Danu hingga jam sastra usai.
            ‘’Untung saja dosen kita hari ini sedikit terlambat, kalau enggak, kamu pasti sudah habis olehnya.’’ Bisik Dika, sahabat Danu setelah melihat Dosen keluar kelas.
            ‘’Hari ini banyak kejutan.’’jawab Danu. Kemudian disusul senyum lebar darinya. Membuat Dika memasang wajah bingung.
            ‘’Sudah ayo kita pulang, kayaknya sudah waktunya kamu minum obat.’’ejek Dika.
            ‘’Tapi nanti mampir ke counter deket perempatan dulu ya Dik, soalnya paketan BBku habis nih.’’ pinta Danu yang kemudian mendapat acungan jempol dari Dika.
                                                                   >_<          
            Terik matahari tak menghalangi niat beberapa siswa SMP untuk berangkat Les Piano di tempatnya Pak Shiba. Disana  memang dibuka kelas pagi untuk anak SD  dan Sore untuk anak SMP. Sementara malamnya Pak Shiba lebih suka untuk mengaransemen ulang lagu-lagu lama agar lebih fresh.                              >_<   
            Angin sore yang berhembus manja dan ramainya kendaraan yang berlalu lalang membuat Dika betah berlama-lama menyandarkan tubuhnya dijok sepeda motor Danu. Hingga pada suatu pemandangan yang memaksanya beranjak. Melihat sepasang langkah kaki yang semakin lemah. Menyusuri zebra cross dengan lampu hijaunya yang semakin menipis. Untungnya tubuh lunglai itu berhasil terdekap oleh Dika sebelum menghantam panasnya  karpet hitam kota Semarang.
            ‘’Dan..Danu..tolongin!!’’
            Danu lantas berlari menghampiri Dika dan seorang yang sejak tadi bersandar dibahunya. Membawanya ke tepi dan membaringkannya disebuah bangku panjang di bawah pohon nan rindang.
            ‘’Siapa ini Dik?’’ Danu mulai penasaran
            ‘’Mana aku tau, orang dia aja masih pingsan.’’ Seraya melirik kearah si bocah.
            ‘’oh iyaya..tumben kamu cepet..’’timpal Danu dengan nada sedikit  mengejek.
            ‘’Nah tuh..nah lhoh..dia mulai siuman.’’teriak Dika. Mengagetkan Danu yang tengah duduk sambil memikirkan anak kecil yang dilihatnya pagi tadi nampaknya juga keluar dari Tempat Les piano Shiba. Dari sinilah kecurigaan Danu tumbuh.
            ‘’Mana..mana..!’’tanya Danu.
            ‘’Serius amat mukanya, padahal aku kan bo’ong,,hahaha” Ledakan tawa Dika ternyata membuat si anak siuman. Namun belum sempat mereka menanyakan sepatah katapun, anak tersebut segera bangun dan berlari meninggalkan Danu dan Dika.
            ‘’Kenapa dia terbirit-birit seperti itu ya Dik?’’dengan wajah bingung Danu mencoba bertanya pada Dika.
            ‘’Entah..mungkin dia terlalu shock melihat wajahmu..makanya dia lari.”papar Dika
            ‘’Memang aku serem ya?’’kembali Danu bertanya sambil memegangi wajahnya.
            ‘’Nggak kok…nggak meragukan lagi..’’ masih saja mengejek Danu.
            Keduanya lantas pulang dengan  berbagai pemikiran yang masih mengganjal. Terutama Danu. Ia berencana untuk memberitahu Dika. Pagi-pagi sekali mereka keluar kos untuk jogging pagi menuju simpang 5 Semarang. Ditengah asyiknya mengobrol, keluarlah Pak Shiba dan seorang anak dari tempat lesnya. Perlahan bergabung dengan mereka.
            ‘’Dik, kamu liat nggak  ekspresi wajah mereka berdua?’’ Danu mulai parno.
            ‘’Apaan sih Dan, memang kenapa dengan mimik muka mereka?’’Dika menanggapi
            ‘’Lihat tuh, si anak kecil terus saja meringis kesakitan, sementara Pak Shiba, masak pagi buta gini udah keringetan?’’ papar Danu panjang lebar. Membuat Dika melirik kearah Shiba dan perlahan dicermati apa yang dikatakan Danu. Dengan sangat terpaksa, kali ini Dika sependapat dengan Danu. Mereka terus mengawasi gerak gerik Shiba selama berada di Alun-Alun.
            ‘’Dan,,kamu nyadar nggak kalau ada hal yang aneh dari Pak Shiba?’’
            ‘’Iya Dik, Pak Shiba pake training pink kan..’’
            ‘’Hiih,,bukan..bukan itu,,kamu merhatiin nggak dari tadi kalau ada anak yang berpapasan dengannya pasti rara-rata mereka kayak ketakutan gitu, kenapa ya Dan?’’ belum sempat Danu menjawab,  Shiba yang entah datang dari mana lantas memotongnya.
            ‘’Itu karena..karena mereka mengira aku ini orang jahat saat mereka melihat wajahku yang asing ini.’’Shiba berusaha membuat alibi. Namun usahanya itu kontras dengan anak kecil yang sedari tadi mengekor dibelakangnya justru menunjukkan raut wajah ketakutan. Semakin membuat rasa curiga Danu dan Dikka bertambah saat Dika bertanya kepada si anak mengapa dia terus saja meringis kesakitan, Pak Shiba segera melirik kearahnya dan melototinya. Seakan mengkomando untuk bungkam perihal suatu hal.
                                                                      >_<
            Matahari mulai menyapa bumi dengan hangat sinarnya. Diikuti tetesan embun yang membuat sejuk di hati. Namun keheningan ini terpecah saat Danu mendengar rencana Dika.
            ‘’Hahh..kamu serius?’’ Tanya Danu memastikan.
            ‘’Apa aku terlihat bercanda?’’ jawab Dika membuat Danu menelan ludah dan kemudian berkata ‘’ Tapi nanti kan kelasnya Pak….’’
            ‘’Alaaaah jangan jadi pengecut gitu donk..lain kali kan bisa ikut kelasnya lagi..yang penting sekarang kita selidiki dulu kebenarannya sebelum anak  lain juga ikut menjadi korban...kamu nggak mau kan  pemandangan seperti kemaren sore terulang lagi? ’’ Serobot Dika. Sontak membuat sahabatnya itu bungkam. Terlintas dibenaknya jika apa yang dikatakan Dika memang benar adanya. Setelah diam beberapa saat, Danu berkata    
            ‘’Jadi kita mulai dari mana?’’
            Tanpa berucap sepatah katapun, Dika membawa Danu pergi ke sebuah tempat yang tidak asing lagi bagi mereka.
            ‘’Disinilah kita akan memulainya dan  juga akan mengakhirinya.’’ Kata Dika tanpa ragu. Danu pun menganggukkan kepalanya tanda ia sependapat.
            Sekelompok anak SD yang Nampak keluar dari tempat Les Piano Shiba menjadi target pertama dalam proses penyelidikan Dika. Sementara Danu pergi kerumah tetangga Shiba untuk mengorek beberapa keterangan.
            ‘’Sore adek,,kalian habis les piano ya..?’’tanya Dika sok akrab.
            ‘’iya Om..tapi Om ini siapa? Kepo banget!’’
            ‘’Om?// kamu bilang tadi Om? Setengah tak percaya Dika mendengar ada yang memanggilnya Om.
            ‘’Iya..memangnya ada yang salah ya Om? Kata-kata itu jelas saja membuat Dika geram. Namun menyadari posisinya sekarang, ia mencoba untuk menekan emosinya. Menjelaskan jika ia kini masih kuliah, jadi dipanggil kak saja. Mendengar Dika bilang begitu, membuat beberapa anak terkikik.
            ‘’Lho kamu ini kok malah ketawa-ketiwi..ngejek kamu ini ya! Emosi Dika semakin memuncak.
            ‘’Nggak kok Om..eht Kak,,cuman… nggak cocok aja sama wajah.’’celetuk si bocah. Membuat Dika berkata lirih. ‘’yha Allah,,,,,berilah hambamu ini kesabaran yang extra hari ini.’’ kemudian menarik nafas panjang dan melanjutkan pertanyaannya.
                                                            >_<
            ‘’Dan….Danu…gawat…!!!//’’terdengar suara Dika yang berlari kearah Danu dengan wajah panik. Tanpa menunggu Danu bertanya, Dika menjelaskan jika kecurigaan mereka selama ini memang benar. Di ahir penjelasannya Dika bahkan berkata jika sekarang Pak Shiba tengah bersama korban selanjutnya, Rizky.
            Keduanya lantas menerobos masuk ke rumah les piano Shiba. Berjalan perlahan menyusuri ruang Les yang penuh dengan Catatan Lagu.
            ‘’Glodakkk,,,,Arrrgghhh!!’’terdengar suara dari lantai dua. Membuat Dika berlari untuk mengeceknya. Setelah tiba di ujung tangga, dia berjalan menelusuri ruang demi ruang hingga sampai pada ruangan paling ujung. Menyadari bahwa ia kedatangan tamu, Shiba berniat menyambutnya dengan sepotong besi yang kini tengah digenggamanya. Kemudian Shiba berdiri disamping tembok untuk menunggu dan mendengar  gerak gerik tamunya. Dika semakin dekat dengan posisi Shiba berdiri. Keduanya hanya dipisahkan oleh sebuah tembok . Saat Dika tiba didepan pintu, ia terjungkal ke belakang karena seekor kucing tiba-tiba keluar dari dalam ruangan.
            ‘’ohhh..jadi suara tadi dari kamu ya kucing manis..’’ucap Dika. Kemudian dia membalikkan tubuhnya dan tidak menyadari jika Shiba tengah berdiri dibelakangnya. Perlahan diangkatnya besi itu dan dihantamkanlah ke kepala belakang Dika. Membuatnya tersungkur ke lantai tanpa bergerak sedikitpun. Satu kata terakhir yang diucapkannya adalah ‘’Lari!!’’ saat melihat Rizky berdiri tak jauh di belakang Shiba. Kini harapannya hanya bergantung pada Danu.
            Shiba segera mengejar Rizky. Kini tidak ada pilihan lain kecuali menyingkirkannya karena ia adalah saksi kunci dari semua kejahatannya. Rizky berlari sekuat tenaganya. Namun naas, kakinya tersandung saat menuruni tangga. Membuatnya jatuh. Shiba segera menghadangnya dan mendaratkan beberapa pukulan ke tubuh mungilnya. Namun saat hendak melancarkan pukulan terakhir di kepala,  tiba-tiba sebuah tangan menghentikannya. Membuat sepotong besi yang sedari tadi tergenggam erat di tangannya terpental jauh.
            ‘’Hentikan! Apa tidak cukup anda memukul kepala teman saya?’’ bentak Danu.
            ‘’Sayang sekali,,Kalian datang saat emosiku memburuk,,sekarang  pilih membawa jenazah temanmu itu atau pergi menyusulnya?’’ tawar Shiba.
            ‘’Jenazahmu lah yang akan ku seret keluar !!.’’ Jawab Danu. Membuat Shiba tidak kuasa menahan tawanya.
            ‘’Tertawalah sepuasmu karena sebentar lagi air mata lah yang akan membanjirimu. Jangan kau kira aku tidak punya bukti untuk menyeretmu ke kantor polisi. ’’ Tambah Danu.    Ledakan tawa Shiba sontak terhenti. Berganti dengan amarah yang tak terbendung. Membuatnya melancarkan serangan demi serangan kearah Danu. Beberapa kali sempat mendarat di pelipis dan rusuk kanannya. Kondisi Danu yang memang tidak begitu bisa bela diri, semakin menyudutkannya. Tak ingin berlama-lama, Shiba lantas menarik sebuah pistol dari balik punggungnya. Di acungkanlah Pistol itu tepat ke kepala Danu yang terduduk lemah.
            ‘’Ayo Kak..berdiri..kalahkan dia!’’ Rizky memberinya semangat dan perlahan membantunya berdiri. Melihat pemandangan mengharukan itu, rupanya sedikit membuat Shiba iba. Perlahan diturunkan pistol itu dan entah kenapa kepalanya sedikit menunduk.
            ‘’Kenapa? Apa dengan membunuhku, kau takut kau akan membusuk di penjara? Atau kau teringat dengan anakmu, darah dagingmu sendiri yang mengakhiri hidupnya setelah melihat kebejatanmu?’’ ucap Danu lantang.  Membungkam Shiba. Membuat emosinya yang sempat mereda kembali memanas. Mengangkat kembali pistolnya dan perlahan menarik pelatuknya. Risky lantas mendorong tubuh Danu hingga membentur dinding.
            ‘’Duaaaarrrrrrr..!!!’’ terlambat Danu menyadari maksud Rizky mendorongnya.Sebuah peluru melesat keluar. Membuat semuanya tercekat melihat tetesan darah mengalir membasahi lantai. Bukan dari kepala Rizky namun keluar dari tangan  Shiba. Ternyata peluru tersebut datang dari Polisi yang datang setelah mendapat laporan dari teman Danu. Tim polisi lantas membereskan semuanya. Beberapa saat kemudian orang tua Rizky datang dan memeluknya dengan erat. Sebelum berpamitan pulang, Rizky mengucapkan terimakasih kepada dua orang kakak yang sudah menyelamatkanya.
             ‘’Dan..Danu..’’ucap Dika lemah setelah seharian tidak sadarkan diri. Mendengar Dika mengucap namanya, Danu segera berlari menghampirinya.
            ‘’Haaah akhirnya kamu siuman juga, sebentar aku ambilin bubur sumsumnya dulu.’’
            ‘Tunggu, ada suatu hal yang membuatku penasaran, kenapa polisi kemaren bisa datang,padahal kan yang tau cuman kita doang.’’tanya Dika yang kemarin memang sempat mendengar suara polisi.
            ‘’owhhh itu karena aku sempet update status tentang lokasi kita sesaat sebelum aku dihajar Pak Shiba.’’ Jelas Danu.
            ‘’wah..tumben otak kamu cerdas..untung aku punya sahabat seperti kamu..’’
            ‘’Iya,,,Akunya yang rugi punya sahabat kayak  kamu,,’’ balas Danu. Membuat keduanya tertawa lepas. Menguatkan persahabatan keduanya bahkan sampai mereka Lulus.


 by : Lailatuz Zulia Ifianti

Subscribe to receive free email updates: